BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pendahuluan
Lokasi Indonesia yang berada di ”ring of fire” dunia dengan banyaknya gunung api disamping
memberikan dampak yang berbahaya juga memberikan anugerah akan tersedianya
energi yang ramah lingkungan yaitu panas bumi. Potensi energi panas bumi yang
dimiliki oleh Indonesia mencapai sekitar 28.000 MW dengan potensi sumber daya
13440 MW dan reserves 14.473 MW tersebar di 265 lokasi di seluruh Indonesia. Dr. Ir. Hadiyanto, MSc. dari Pusat Sumber
Daya Geologi dalam siaran persnya menjelaskan dari potensi sebesar tersebut, 4%
atau 1.189 MW telah dimanfaatkan energinya untuk pembangkitan tenaga listrik
dengan kapasitas terpasang terbesar berada di daerah Jawa Barat yaitu sebesar
1057 MW (20% dari cadangan), kemudian diikuti oleh Jawa Tengah 60 MW, Sulawesi
Utara 60 MW dan Sumatera Utara 12 MW. Untuk pengembangan potensi panas bumi,
pemerintah memberikan kesempatan yang luas kepada pihak swasta untuk ikut
berperan serta dalam pengembangan tenaga listrik panas bumi. Sebagai upaya Pemerintah untuk mendorong
pengembangan panas bumi di Indonesia, Pemerintah telah mengeluarkan
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2003 tentang Panas Bumi dan Peraturan Pemerintah
Nomor 59 tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi. Berdasarkan regulasi
tersebut telah ditetapkannya 22 (dua puluh dua) Wilayah Kerja Pertambangan
(WKP) yang terdiri dari 8 WKP di Sumatera, 7 WKP di Jawa, 2 WKP di Sulawesi, 3
WKP di Nusa Tenggara dan 2 WKP di Maluku. "Untuk
mendukung iklim investasi panas bumi, Pemerintah juga sedang menyusun program
untuk merampungkan penetapan restrukturisasi tentang jual beli listrik dari
PLTP." jelasnya. Ke depan,
Pemerintah bermaksud untuk lebih memanfaatkan energi panas bumi dalam
penyediaan tenaga listrik nasional melalui program percepatan pembangunan
pembangkit tenaga listrik 10.000 MW tahap II, yang komposisi energy mixnya
lebih ke arah energi baru terbarukan, yang salah satunya adalah panas bumi.
Dengan pelaksanaan program ini, diharapkan kontribusi pemanfaatan energi panas
bumi meningkat menjadi 17% (4.713 MW) dari potensi energi panas bumi yang ada
hingga tahun 2015. Saat ini
pengembangan lapangan panas bumi di Ulubelu, Provinsi Lampung sedang dilakukan.
Lapangan ini telah berhasil melakukan pemboran 12 (dua belas) sumur dengan
potensi uap dari uji produksi sebesar 80 MW. Pengembangan lapangan panas bumi
juga sedang dilaksanakan di Lumut Balai (Provinsi Sumatera Selatan), Sungai
Penuh (Provinsi Jambi), Hululais (Provinsi Bengkulu), Kotamobagu (Provinsi
Sulawesi Utara), Karaha, (Provinsi
Jawa Barat). Indonesia sebagai negara
yang memiliki sumber daya panas bumi terbesar di dunia (40% cadangan dunia)
juga aktif dalam kancah industri panas bumi dunia. Pada tanggal 25-30 April
2010 akan diadakan konferensi geothermal dunia ( World Geothermal Conference )
di Denpasar, Bali. "Pertemuan
ini akan dihadiri oleh lebih dari 1.000 pelaku bisnis industri panas bumi
dunia. Pembahasan terkait dengan teknologi forum bisnis dan peningkatan kapasitas SDM akan menjadi fokus dalam
pertemuan tersebut." Info Hadiyanto.
Sumber : Jakarta, Tambangnews.com.
1.1.2 Latar Belakang
Wakil Presiden (Wapres) Boediono menyebutkan, berbagai
simpul yang macet mengenai pembangunan pembangkit geothermal Sarulla, mulai
diurai kabinet pemerintahan saat ini pada pada Desember 2010. Satu persatu
hambatan di berbagai tingkatan diurai hingga memerlukan koordinasi berkala
langsung dari kantor Wakil Presiden dan Kementerian Perekonomian. “Perlu 27
bulan dari saat itu sampai sekarang. Semoga di masa depan mekanisme
penyelesaian masalah bisa diatasi lebih baik,” kata Wapres.Wapres menyinggung
betapa besar potensi Sarulla. Dengan kesepakatan harga Rp 6.7 sen/kwh, maka
penghematan subsidi listrik mencapai hingga Rp
4 Trilun/tahun. Sedangkan dari segi non-keuangan bisa menghemat emisi CO2
hingga 1 juta ton. Inilah kontribusi Indonesia pada pemanasan global. “Sarulla
bukan cuma terbesar di Indonesia, tapi juga salah satu kontrak tunggal terbesar
di dunia,” kata Wapres.
Wapres
berharap bahwa pembangunan pembangkit geothermal Sarulla bisa menjadi inspirasi
bagi proyek-proyek swasta lainnya untuk berbondong-bondong masuk. “Uang APBN
kita sendiri tak cukup kalau membangun sendiri. Dengan Sarulla ini, saya
berharap investor lain segera masuk. Kami upayakan kontrak yang menguntungkan
bagi semua pihak,” katanya.
Menteri
ESDM Jero Wacik mengatakan sangat berbahagia atas kelanjutan proyek pembangunan
pembangkit geothermal Sarulla yang telah dirintis sejak 1990. Potensi Sarulla
yang sangat besar akan memberi dampak sangat besar bagi penyediaan listrik di
wilayah Sumatera Utara. Ia pun meminta kepada konsorsium agar meyegerakan
pembangunan. (Setwapres/ES)
1.2
Maksud dan Tujuan
1.2.1
Maksud
Maksud dari
penelitain panas bumi di daerah sarula mengetahui tanda – tanda potensi panas
bumi di desa sarula.
1.2.2
Tujuan
Tujuan dari
penelitain panas bumi di daerah sarula untuk mengetahui potensi panas bumi di
daerah sarula
1.3
Letak daerah penelitaian
PLTP sarulla berlokasi di desa Silangkitang dan desa Namora, berada
di kecamatan Pahae Jae, Kabupaten
Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara. Peta berikut mempelihatkan lokasi
tersebut. (Sumber: maps.google.com)
Gambar 1.1 Lokasi PLTP
Sarulla, berada di Tapanuli Utara, Sumatera Utara
Sementara pengelola proyek ini adalah sebuah konsorsium yang
merupakan gabungan dari perusahaan Medco-Ormat-Itochu-Kyushu. Konsorsium inilah
yang bertanggung jawab dalam pembangunan dan pengoperasian PLTP ini kelak.
Medco adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidan minyak dan gas,
semesntara Ormat adalah perusahaan Amerika yang bergerak di bidang teknologi
panas bumi, sementara Itochu adalah perusahaan Jepang yang punya bisnis di
bidang energy, dan Kyushu adalah perushaan Jepang yang bergerak di bidang
energy listrik.
1.3.1 Cara Kerja
PLTP adalah pembangkit listrik tenaga uap. Sama halnya dengan
pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut PLTN. Yang membedakan disini
adalah bagaimana uap yang akan menggerakkan turbin diperoleh. Pada PLTN, uap
diperoleh dengan memasak air dengan menggunakan reaktor nuklir, sedangkan pada
PLTP uap diperoleh dengan menggunakan panas bumi. Berikut ini adalah
gambar yang menunjukkan bagaimana PLTP bekerja.
Gambar 1.2 Gambar yang menunjukkan
bagaimana PLTP bekerja.
Bagaimana
kerjanya :
1. Sumber
panas utama dalam system in adalah panas dari batuan yang ada di perut bumi. Di
gambar tersebut diperlihatkan bahwa letak batuan tersebut berada di kedalaman
4000-6000 m. dengan lebar 500-1000 m.
2. Batuan
panas ini digunakan untuk memasak air sehinggga menghasilkan uap. Uap air
tersebut akan naik ke permukaan melalui sumur produksi.
3. Uap
yang dihasilkan ini akan dialirkan ke alat konversi panas, lalu dialirkan ke
turbine uap.
4. Turbin
ini terhubung dengan generator listrik, pemanfaat uap untuk menghasilkan
listrik bisa beragam. Tergantung dari teknologi yang digunakan. Untuk PLTP
sarulla technology yang digunakan adalah dengan menggunakan siklus gabungan
(Combined Cycle). Teknologi ini akan dijelaskan pada bagian berikut.
5. Listrik
yang dihasilkan akan dikirim ke gardu induk untuk dikirim ke pengguna melalui
jaringan transmisi. PLTP sarulla akan menggunakan jaringan transmisi 150 KV.
Reservoir digunakan sebagai penampungan air. Air tersebut
dapat berasal dari sungai atau sumber mata air lain. Air ini diperlukan untuk
disuntikkan ke dalam perut bumi melalui sumur injeksi.
PLTP sarulla akan menggunakan teknologi yang dikembangkan
oleh ORMAT Technologies, Inc. Perusahaan yang berbasis di Nevada, Amerika
Serikat ini bertanggunjawab untuk menrancang pembangkit dan akan menyediakan
converter energy (Ormat Energy Converters) ke pembangkit. Perusahaan ini,
dengan kepemilikan saham 12.75 % juga berperan untuk mengoperasikan pembangkit
tersebut bekerja sama dengan perusahaan yang ada dalam satu konsorsium tersebut.
Pada bagian ini yang akan dibahas adalah sistem turbin yang
akan digunakan. Pembahasan juga adalah general, tidak akan membahasa secara
detail dan perhitungan matematis juga tidak disediakan. Jika ingin
memahami lebih jauh tentang hal in maka perlu memahami hokum-hukum
termodinamika dan aplikasinya, ditambah lagi dengan pengetahuan tentang design
tubin, dan cara transfer nergi kinetik yan dimiliki uap ke turbin, dan sampai
akhirnya ke generator.
Teknologi buatan buatan ORMAT yang akan dipakai di PLTP sarulla
disebut Combined Cycle Units (GCCU) Geothermal Power Plants.
Dalam bahasa Indonesia bisa dikatakan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi
dengan menggunakan metode siklus gabungan. Bagaimana generator tipe ini bekerja, berikut penjelasannya.
Gambar 1.3 Cara kerja generator PLTU
Ø Siklus
Pertama
1.
Uap air yang berasal dari pemanasan di perut bumi ini
memiliki tekanan tinggi, dialirkan dengan menggunakan bantuan pompa uap menuju
turbin uap (steam turbine). [Pada
gambar diperlihatkan dengan bulatan-bulatan berwarna merah]
2.
Turbine uap akan berputar akibat dorangan mekanik dari
uap air tersebut, dan akan memutar rotor generator, sehingga menghasilkan
listrik. System di turbin uap ini dibuat tertutup, dimana uap yang telah
melalui turbin akan dialirkan kembali menuju suatu tempat yang disebut vaporizer (alat penguap).
3.
Alat penguap ini tidak dimaksudkan untuk menguapkan
kembali uap. Tetapi bagian ini akan berfungsi pada siklus yang lain.
4.
Uap ini akan dilewatkan menuju ruang yang disebut
pemanas mula (preheater). Tetapi pada bagian ini uap air telah berubah
menjadi cair dengan temperature yang masih tinggi.
5.
Setelah melewati pemanas mula, air ini akan dimasukkan
kembali ke perut bumi dengan bantuan pompa.
Ø
Siklus Kedua
1.
Pada saat yang bersamaan setelah uap air masuk ke
preheater, cairan/fluida organic telah dialirkan dari condenser. Kondensor
ini adalah alat yang digunakan untuk mengubah uap air menjadi air. Di gambar
ditunjukkan dengan bagian yang berwarna hijau.
2.
Cairan/fluida organic ini akan mengalami pemanasan mula
di ruang preheater, sumber panasnya adalah uap yang telah menjadi
cair yang telah digunakan pada siklus pertama.
3.
Cairan/fluida organic ini akan dialirkan ke Vaporizer (alat penguap) untuk diuapkan.
4.
Uap yang dihasilkan dari fluida organic ini akan
dialirkan ke turbin kedua, yang juga akan menggerakkan rotor generator sehingga
menghasilkan energi listrik.
Siklus
kedua ini adalah siklus yang berbeda dari siklus pertama. Tetapi, siklus kedua
menggunakan sisa energy dari siklus pertama. Oleh karena adanya dua
siklus inilah sistem ini disebut dengan combined cycle (siklus
gabungan). Pada gambar di atas
terlihat ada dua turbin menggerakkan satu generator.Untuk hal ini saya tidak
mengetahui secara pasti apakah itu hanya untuk kesederhanaan penggambaran atau
memang ormat akan menggunakan tubin dengan rancangan seperti itu. Tetapi
yang pasti ada uda sumber penggerak utama (prime mover) terhadap generator.
Pertanyaan
berikutnya adalah, generator jenis apa yang akan digunakan? Karena ini berhubungan
dengan data teknis yang dimiliki persuahaan oleh karena itu tidak ada
penjelasan secara lebih rinci akan hal ini. Tetai kemungkina besar generator
yang digunakan adalah generator sinkron dengan yang dapat beroperasi dengan
kecepatan tinggi. Jika dibandingkan dengan turbin buatan Mitsubishi range
kecepatan turbin uap adalah dalam kisaran 3.800-11.000 rpm (revolution per minute). Gambar di bawah
adalah contoh turbine buatan Mitsubishi.
Total
daya listrik yang akan dihasilkan dari PLTP sarulla ini adalah 330 MW. Pada
tahap pertama akan diperoleh 110 MW. Dari lokasi di silangkitang akan diperoleh
220 MW, sisanya dari Lokasi di Namora. Proyek ini adalah yang terbesar dalam
program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu MW tahap 2 dimana
hampir separuhnya (4,9 GW) berasal dari energy panas bumi. Tahapan pertama
direncanakan akan beropesai pada tahun 2016, dahapan kedua 2017 dan tahapan
ketiga diharapkan akan beroperasi tahun 2013. Gardu induk akan dibangun di desa
namora, dan akan ditransmisikan ke gardu Induk milik PT. PLN di Sarulla dengan
panjang transmisi ±15 km, dengan menggunkan tegangan 150 Kv. Dengan
beroperasinya PLTP ini diharapkan krisis listrik di Sumatera Utara akan berkurang.
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Survei geokimia
A. Uraian Kegiatan
Penyelidikan
geokimia dengan skala peta minimal 1:100.000 (Survei Pendahuluan) atau 1:50.000
(Eksplorasi) dengan cara pengambilan contoh dan analisis fluida panas bumi
(air/uap/gas) dan tanah secara terbatas termasuk di dalamnya pembahasan tentang
sifat fisik dan kimia serta komposisi kimia fluida (air/uap/gas) dan tanah,
serta geotermometri.
B. Hasil
a. Laporan hasil
penyelidikan geokimia termasuk diagram-diagram geokimia (Survei Pendahuluan).
b. Laporan hasil
penyelidikan geokimia rinci, peta geokimia dengan skala minimal 1:50.000, peta
sebaran Hg dan CO2 dalam tanah, dan diagram-diagram geokimia (Eksplorasi)
c. Dapat menentukan
geothermometri air dan/atau gas yang menunjukkan suhu reservoir.
d. Menentukan sistem
reservoir panas bumi.
C. Asumsi
- Sistem panas
bumi/geotermal adalah sistem hidrotermal terbuka (Sistem hidrotermal terbuka
atau terputar (cyclic system) menunjukkan sirkulasi air; air (permukaan)
masuk, terpanaskan dan muncul kembali ke permukaan).
- Air merupakan
media pembawa panas dan didominasi oleh air meteorik.
- Saat fluida
magmatik ikut ambil bagian, sistem panas bumi menjadi sistem hidrotermal
volkanik/magmatik.
D. Unsur Terlarut
dalam Fluida Panas Bumi
- Non-volatil (unsur
terlarut)
- Anion, mis.
Cl-,HCO3-, SO4-², NH4-, F-, I-, Br-
- Kation,mis.Na+,
K+,Ca+2,Mg+2,Mn+2, Fe+2,Al+3, ion-ion As
- Spesies netral,
mis. SiO2, B,CO2, H2S,NH3
- Volatil (gas) :
- Uap air (H2O)
- Non condensible
gases,mis. CO2, H2S ,H2, N2
- Gas
inert/konservatif, mis. He,Ar
Unsur Terlarut dalam Fluida Panas Bumi
Dipengaruhi oleh:
-
Asal air
-
Penambahan unsur volatil magmatik (mis. Cl sebagai
HCl, C sebagai CO2, dsb)
-
Kesetimbangan fluida-mineral
-
Proses yang terjadi pada fluida (mis. boiling dan
mixing).
Air Meteorik
-
Air tanah mengandung Ca, Mg, Na, K, SO4, HCO3 dan Cl, dan
dapat mengandung Fe, SiO2 dan Al
-
Air tanah dapat mengandung gas terlarut O2 dan N2
-
Air sungai mempunyai anion utama HCO3 dan kation utama
adalah Ca.
-
Air hujan mempunyai anion utama Cl dan kation utama Na
-
Kandungan kimia air tanah sangat dipengaruhi oleh
batuan dasarnya.
-
Komposisi isotop stabil mengikuti Meteoric Water Line (MWL).
Air Klorida (Cl)
- Menunjukkan air
reservoir
- Mengandung 1.000
hingga 10.000 mg/kg Cl
- Perbandingan
Cl/SO4 umumnya tinggi
- Mengandung kation
utama : Na, K,Ca dan Mg
- Berasosiasi dengan
gas CO2 dan H2S
- pH sekitar netral,
dapat sedikit asam dan basa tergantung CO2 terlarut
- Disebut juga alkaline
neutral water, brine water
- Sangat
jernih,warna biru pada mataair natural
- Kaya SiO2 dan
sering terdapat HCO3-
- Terbentuk endapan
permukaan sinter silika (SiO2).
Air Sulfat (SO4)
- Terbentuk di
bagian paling dangkal sistem geotermal
- Fluida sekunder
akibat kondensasi uap air ke dalam air permukaan (steam heated water).
- SO4 tinggi
(mencapai 1000 ppm) akibat oksidasi H2S di zona oksidasi dan menghasilkan H2SO4
(H2S + O2 = H2SO4).
- Mengandung
beberapa ppm Cl
- Bersifat asam.
- Ditunjukkan dengan
kenampakan kolam lumpur dan pelarutan batuan sekitar.
- Tidak dapat
digunakan sebagai geotermometer.
Air Bikarbonat (HCO3).
-
Terbentuk pada daerah pinggir dan dangkal sistem geotermal.
-
Fluida sekunder akibat adsorbsi gas CO2 dan kondensasi
uap air ke dalam air tanah (steam heated water).
-
Anion utama HCO3 dan kation utama adalah Na.
-
Rendah Cl dan SO4 bervariasi
-
Di bawah muka air tanah bersifat asam lemah, tetapi
dapat bersifat basa oleh hilangnya CO2 terlarut di permukaan.
-
Di permukaan dapat membentuk endapan sinter travertin (CaCO3).
Survei Fluida (Air dan Gas)
Survei Geokimia
-
Inventarisasi manifestasi permukaan:
-
Pengambilan sampel:
◦ pengukuran karakteristik manifestasi panas bumi
◦ Pengambilan sampel air
◦ Pengambilan sampel gas
◦ Pengambilan sampel tanah dan udara tanah
- Analisa kimia di
laboratorium
◦ Analisa kimia air
◦ Analisa kimia gas
- Pengolahan data
dan interpretasi
◦ Geotermometer
◦ Derajat keasaman pH) Kondisi reservoir
◦ Kimia air reservoir
Survei Geokimia
- Inventarisasi
manifestasi permukaan:
◦ Lokasi (dan utilisasi)
◦ Deskripsi manifestasi (tipe, dimensi, jumlah keluaran, dll)
◦ Pengukuran karakteristik manifestasi (toC, pH, debit, dll)
◦ Deskripsi kondisi sekitar (tudara oC, alterasi permukaan, dll)
- Gambaran tentang
sistem panas bumi
- Potensi sumber
daya (hilang panas alamiah).
Survei Geokimia
- Pengambilan sampel
air:
◦ Akhir musim kering
◦ Titik keluaran langsung (temperatur dan debit tertinggi)
◦ Dimasukkan dalam botol plastik (polietilen) dan gelas untuk analisa
isotop
◦ Disaring dan bisa diasamkan
◦Ukuran > 100 mL untuk analisa anion dan kation utama, ~20 mL untuk
analisa isotop stabil 18O dan D
◦ Deskripsi/informasi tentang sampel secara lengkap
◦ Analisa anion dan kation utama, isotop stabil, unsur jejak
- Pengambilan sampel
air dingin (meteorik).
Survei Gas
- Pengambilan sampel
gas:
◦ Titik keluaran langsung (temperatur dan debit
tertinggi)
◦ Dimasukkan dalam botol Giggenbach yang telah
diisi NaOH
◦ Deskripsi/informasi tentang sampel secara lengkap
◦ Analisa H2O, CO2, H2S, NH3, He, Ar, O2, N2 dan
CH4 (+ HF, HCl, Ne, CO, gas hidrokarbon, oksidasi sulfur).
2.1.2 Survei geologi
A. Uraian Kegiatan
a. Penyelidikan
geologi dengan skala peta minimal 1:100.000 (Survei Pendahuluan) atau 1:50.000
(Eksplorasi), termasuk di dalamnya pembahasan tentang analisis foto udara/citra
satelit, jenis dan distribusi satuan batuan, struktur geologi, hidrogeologi,
dan manifestasi panas bumi.
b. Pemetaan untuk
daerah vulkanik Kuarter diutamakan dengan menggunakan metode
vulkanostratigrafi.
B. Hasil
a. Laporan hasil
penyelidikan geologi, peta dan penampang geologi dengan skala minimal 1:100.000
(Survei Pendahuluan) atau 1:50.000 (Eksplorasi).
b. Dapat
memperkirakan/mempertegas posisi/lokasi heat source.
Kondisi Geologi
Bawah Permukaan
A. Metode lain:
a. Geokimia
b. Geofisika
B. Pemboran:
a. Landaian Suhu
b. Pemboran
Eksplorasi.
Metode Pemetaan
Geologi
- Interpretasi foto
udara/citra satelit
- Pemetaan lapangan
- Prinsip pekerjaan
◦ Persiapan peta dasar dan alat
◦ Observasi dan deskripsi
◦ Pengelompokan sebaran batuan dan menarik urutan dan hubungan antar batuan (stratigrafi)
◦ Deliniasi daerah alterasi
◦ Pemetaan struktur geologi
◦ Pengambilan sampel (batuan)
Metode
Penginderaan Jauh
- Analisis
PetaTopografi
- Analisis Foto
Udara
- Analisis Citra
Satelit, seperti Landsat TM, SRTM dll
- Pengecekan di
lapangan.
- Peta geologi dan
penampang geologi.
Peta Topografi: Teknik
Analisa
- Mengamati dan
mendelineasi bentukan-bentukan pola kontur topografi, seperti kelurusan, kontur
menutup terisolasi, pola kontur yang sangat rapat, pola setengah lingkaran
(crater) atau struktur lipatan rebah, dsb.
- Target:
◦ Melakukan interpretasi sesar dan rekahan
◦ Mengidentifikasi batas litologi
◦ Mengetahui kondisi morfologi
- Teknik analisa
kelurusan dengan Fault Fracture Density (FFD)
- Informasi di atas
dapat dipakai antara lain untuk memprediksi pengontrol manifestasi permukaan
panas bumi, menentukan sumber panas (intrusi/volcano).
Citra Satelit dalam Survei Geologi
- Macam-macam
sensor: Landsat TM, ASTER, SRTM, IKONOS, Quick Bird, SLAR, Radar, HyMap, dsb
- Target:
◦ Pemetaan batuan (geologi)
◦ Pemetaan struktur
◦Pemetaan thermal (MAP, steaming ground, vegetation stress, hot/warmground,
dsb)
◦ Pemetaan alterasi batuan.
Pemetaan Geologi
Detil dan Struktur Geologi
- Tipe dan batas
litologi
- Stratigrafi dan
ketebalan unitnya
- Struktur dan
rekahan yang dominan
- Tipe sesar
(naik/turun/geser), umur relatif
- Struktur/kontak
litologi yang bersosiasi dengan kenampakan mata air
- Rekomendasi
mengenai:
Potensi batuan
reservoir dan dimensinya, potensi batuan basemen dan dimensinya, potensi cap
rock dan dimensinya tipe permeabilitas (rekahan / porous).
Kemunculan Manifestasi Dipengaruhi
- Total panas yang
ada di reservoar.
- Parameter-parameter
reservoar (e.g. permeabilitas, pola aliran, dll).
- Parameter-parameter
fluida panasbumi (e.g. densitas, viskositas, temperatur, tipe, dll).
- Proses-proses pada
fluida panasbumi yang terjadi di bawah permukaan (e.g. pencampuran dengan air
dingin, boiling, kondensasi)
Kenampakan di
permukaan dapat memberikan gambaran tentang kondisi bawah permukaan, termasuk
besar potensi panas bumi.
Kolam Air
- Panas umumnya
hilang melalui evaporasi pada permukaan air.
- Dibedakan menjadi:
calm (t < 100oC), boiling, dan embullient pools (flashing
of steam atau gas).
Kolam Lumpur
- Akibat dari
kondensasi uap air dan gas di dekat permukaan
- t < 100oC,
tetapi dapat > 100oC di daerah gunung api aktif.
Tanah Beruap
- Uap berasal dari
evaporasi air panas di dekat permukaan atau keluar dari bawah permukaan
- Terdapat anomali
vegetasi
- Dapat dideteksi
dengan pengukuran infra-red
- Dibagi menurut heatflux:
intensif (500-5000 J/m2s), kuat (50-500 J/m2s) dan lemah (< 50 J/m2s).
- Steaming ground
can be dangerous and great care should be taken when entering the area.
Hilang Panas
Alamiah Tanah Beruap
- Tanah beruap,
termasuk fumarola, hanya terbentuk pada sistem panas bumi temperatur tinggi.
- Hilang panas
dikaji berdasarkan perbedaan gradien temperatur dan kondisi normal.
- Transfer panas
dari tanah beruap melalui mekanisme konduksi dan konveksi.
- Pada mekanisme
konduksi, hilang panas dipengaruhi oleh konduktivitas batuan.
Fumarola
- Terdiri dari
sebagian besar uap air atau campuran 2 fasa uap dan air panas.
- Mengandung trace
H2S, SO2 dan sublimasi S
- Kebasahan &
temperatur:
◦ Fumarol basah bertemperatur <
100oC dan terbentuk di sistem dominasi air
◦ Fumarol kering mempunyai temperatur 110 hingga 150oC pada sistem dominasi
uap.
Rembesan (Seepage)
- Umumnya keluar di
dasar sungai.
- Mengalami
pelarutan oleh air tanah atau air permukaan.
- Tidak dapat
diambil sampelnya.
2.1.3 Survei geifisika
Pemetaan Dan
Pendugaan Geolistrik
Untuk mengetahui sebaran tahanan jenis batuan secara lateral
dan vertikal bawah permukaan
- survei gaya berat
Untuk memperoleh sebaran anomali gaya berat yang
mencerminkan adanya struktur geologi bawah permukaan
Survei Geomagnet
Untuk memperoleh sebaran anomali magnetik yang mencerminkan
adanya struktur geologi atau batuan ubahan bawah permukaan
- Survei
Magnetotelurik
Untuk mendapatkan
informasi mengenai struktur bawah permukaan berdasarkan harga tahanan
jenis batuan dengan penetrasi yang
lebih dalam dibandingkan dengan metode
penyelidikan geolistrik
(DC-Resistivity).
Pemetaan Dan
Pendugaan Geolistrik
Pengukuran Lapangan
Metode yang digunakan adalah tahanan jenis DC dengan
konfigurasi Schlumberger atau Wenner
- Bentangan
elektroda arus pada pemetaan AB/2=250m, 500m, 750m, dan 1000m
- Bentangan
AB/2 untuk pendugaan bertambah secara logaritmik dari mulai 1.6 s.d. 2000 meter
- Interval
jarak antara titik ukur antara 500 s.d 1000 m.
Output
- peta
tahanan jenis (AB/2=250m, 500m, 750m dan 1000m) dan diplot ke dalam peta kerja
berskala 1:50.000 atau lebih besar penampang tahanan jenis (kedalaman
lapisan batuan)
Survei Gaya Berat
Tahapan Kegiatan
• Persiapan
• Pengukuran
• Pengolahan
dan Interpretasi Data
• Pembuatan
Laporan
Pengukuran lapangan
- Pengukuran
di lapangan dilakukan dengan sistem looping, yakni dimulai dari BS (Base
Station) selanjutnya ke titik amat di lapangan dan kembali ke BS
- Nilai gaya
berat BS diikat ke jaringan nilai absolut gaya berat nasional/ internasional
(IGSN 71) yang terdekat
- Data koreksi
tidal/pasang surut harus tersedia secara harian untuk koreksi terhadap hasil
bacaan di lapangan.
Output
Peta anomali gaya berat skala 1:50.000 atau lebih besar :
- Anomali
Bouguer Regional,
- Anomali
Bouguer dan
- Anomali
Bouguer Sisa
Survei Geomagnet
Tahapan Kegiatan
• Persiapan
• Pengukuran
• Pengolahan
dan Interpretasi Data
• Pembuatan
Laporan
Pengukuran lapangan
• Pengambilan
data dilakukan dengan interval titik ukur sekurang-kurangnya 500m.
• Stasiun
basis ditentukan di tempat yang bebas dari gangguan benda magnet permukaan
• Pengambilan
data digunakan sekurang-kurangnya dengan 2 magnetometer
• Pembacaan
alat minimal 3 kali dalam setiap pengukuran
Output
peta anomali magnetik yang diplot ke dalam peta kerja
berskala 1:50.000 atau lebih besar
BAB III ANALISA DATA
3.1 Survei Geokimia
Tabel 3.1 Sumber
daya spekulatif
Lokasi
|
t (°C)
|
pH
|
Flow Rate (l/s)
|
Data sumber daya spekulatif
|
A
|
45
|
5,2
|
0,5
|
52,5
|
B
|
48
|
6
|
1,2
|
141,12
|
C
|
55
|
3,5
|
2
|
294
|
D
|
30
|
4
|
1
|
42
|
E
|
60
|
5,5
|
0,8
|
134,4
|
Jumlah rata- rata
|
664,02
|
Tabel 3.2 Jenis fluida di
dalam kandungan Cl, SO4,
HCO3 air persumur
Lokasi
|
t (°C)
|
pH
|
Flow Rate (l/s)
|
Cl
|
SO4
|
HCO3
|
Rata - rata
|
%Cl
|
%SO4
|
%HCO3
|
A
|
45
|
5,2
|
0,5
|
52,1
|
182,1
|
345
|
579,2
|
0,09
|
0,31
|
0,60
|
B
|
48
|
6
|
1,2
|
84,8
|
711,9
|
132,4
|
929,1
|
0,09
|
0,77
|
0,14
|
C
|
55
|
3,5
|
2
|
12,2
|
560,3
|
0
|
572,5
|
0,02
|
0,98
|
0,00
|
D
|
30
|
4
|
1
|
11
|
597,5
|
0
|
608,5
|
0,02
|
0,98
|
0,00
|
E
|
60
|
5,5
|
0,8
|
89
|
631,4
|
121,6
|
842
|
0,11
|
0,75
|
0,14
|
Jumlah rata - rata
|
0,33
|
3,79
|
0,88
|
Geometri Kimia
Tabel 3.3 Geometri
kimia cara 7
Lokasi
|
t (°C)
|
pH
|
Flow Rate (l/s)
|
Na
|
K
|
Log
|
Rumus 7
|
A
|
45
|
5,2
|
0,5
|
65,7
|
16,2
|
0,61
|
1729,96
|
B
|
48
|
6
|
1,2
|
103,7
|
26,5
|
0,59
|
1782,38
|
C
|
55
|
3,5
|
2
|
17,8
|
10,5
|
0,23
|
5037,54
|
D
|
30
|
4
|
1
|
15,3
|
8,5
|
0,26
|
4495,94
|
E
|
60
|
5,5
|
0,8
|
93,1
|
25,8
|
0,56
|
1912,11
|
Jumlah Rata - rata
|
14957,93
|
Tabel 3.4 Geometrei
Kimia cara 8
Lokasi
|
t (°C)
|
pH
|
Flow Rate (l/s)
|
Na
|
K
|
Log
|
Rumus 8
|
A
|
45
|
5,2
|
0,5
|
65,7
|
16,2
|
0,61
|
2014,74
|
B
|
48
|
6
|
1,2
|
103,7
|
26,5
|
0,59
|
2074,61
|
C
|
55
|
3,5
|
2
|
17,8
|
10,5
|
0,23
|
5792,51
|
D
|
30
|
4
|
1
|
15,3
|
8,5
|
0,26
|
5173,91
|
E
|
60
|
5,5
|
0,8
|
93,1
|
25,8
|
0,56
|
2222,78
|
17278,561
|
Tabel 3.4
Parameter
Parameter
|
Satuan
|
Keadaan
|
|
awal
|
akhir
|
||
Luas area
|
m2
|
33245000
|
|
Tebal reservoar
|
m
|
1000
|
|
Volume reservoar
|
m3
|
83112500000
|
|
Porositas
|
0,1
|
||
saturasi air
|
0,9
|
0,3
|
|
saturasi uap
|
0,1
|
0,7
|
|
densitas batuan
|
kg/m3
|
2400
|
|
Cp batuan
|
kj/kg 0K
|
1
|
|
Temperatur reservoir
|
0C
|
280
|
180
|
desnsitas air
|
kg/m3
|
750,2745973
|
887,0053173
|
densitas uap
|
kg/m3
|
33,16313453
|
5,158318993
|
energi dalam air
|
kj/kg
|
1228,118853
|
762,057639
|
energi dalam uap
|
kj/kg
|
2586,342773
|
2582,847064
|
Panas pada batuan
|
kj
|
5,02664E+16
|
3,23141E+16
|
Panas pada fluida
|
kj
|
6,96367E+15
|
1,76291E+15
|
Energi panas reservoir
|
kj
|
5,72301E+16
|
3,4077E+16
|
Energi maksimum yg dapat dimanfaatkan
|
kj
|
2,31531E+16
|
|
Recovery Factor (RF)
|
0,25
|
||
Panas yg dapat diproduksi (Qde)
|
5,78827E+15
|
||
lifetime
|
year
|
30
|
|
Panas selama lifetime (Qth)
|
kj/s
|
6118157,001
|
|
Faktor konversi listrik (KL)
|
0,13
|
||
Potensi Listrik (Qel)
|
Mwe
|
795,36
|
|
Potensi Listrik Total
|
Mwe
|
`
Tabel 3.5 Penentuan Tebal reservoir
Gambar 3.1 Plot
lokasi peta
Gambar 3.3
pengukuran luas Area
Tidak ada komentar:
Posting Komentar