BAB IV
BATUAN
SEDIMEN
4.1
Tinjauan Umum Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan
endapan yang berupa bahan lepas. Hutton
(1875; dalam Sanders , 1981 ) menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to stone ”
of sediments and that sediments , in turn, are formed by the breakdown of yet
-older rocks.O’Dunn & Sill (1986
) menyebutkan sedimentary rocks are
formed by the consolidation of sediment : loose materials delivered to
depositional sites by water, wind, glaciers, and landslides . They may also be
created by the precipitation of CaCO3 ,silica, salts, and other materials from
solution (Batuan sedimen adalah batuan
yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen,sebagai material lepas , yang terangkut
ke lokasi pengendapan oleh air,
angin,
es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor . Batuan sedimen
juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat , silika , garam
dan material lain . Menurut Tucker (1991
),70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen . Tetapi batuan itu
hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar
sangat luas di permukaan bumi , tetapi ketebalannya relatif tipis.
4.2
Klasifikasi Umum
Pettijohn (1975 ), O ’
Dunn & Sill (1986 ) membagi batuan sedimen
berdasar teksturnya menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika
dan batuan sedimen non -klastika .
4.2.1
Batuan sedimen klastika
Batuan sedimen Klastik adalah
batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah
ada. Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan , erosi, transportasi dan
kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah
air, angin , es atau efek gravitasi (beratnya sendiri ). Media yang terakhir
itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini
bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran /pecahan batuan ( klastika ) sehingga bertekstur
klastika .
4.2.2
Batuan sedimen
non-klastik
Adalah
batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan , atau
pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan
sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik , dan kombinasi di
antara keduanya (biokimia ). Secara kimia , endapan terbentuk sebagai hasil
reaksi kimia , misalnya CaO + CO 2 ® CaCO3 . Secara organik adalah pembentukan
sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh - tumbuhan , sebagai contoh pembentukan
rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau
terkuburnya kayu -kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut . Sanders (1981 ) dan Tucker (1991), membagi batuan sedimen
menjadi :
1
. Batuan sedimen detritus (klastika )
2
. Batuan sedimen kimia
3
. Batuan sedimen organik , dan
4
. Batuan sedimen klastika gunung api
.
Batuan sedimen jenis ke empat itu adalah batuan sedimen bertekstur
klastika dengan bahan penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunung api. Graha
(1987) membagi batuan sedimen menjadi 4 kelompok juga
, yaitu : 1 . Batuan sedimen detritus (klastika / mekanis ) 2 . Batuan seatuan
sedimen jenis kedua pada umumnya bertekstur non -klastika. Tetapi batuan
sedimen jenis ketiga dan keempat dapat merupakan batuan sedimen klastika
ataupun batuan sedimen non-klastika .
Berdasar komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika
(bertekstur klastika) dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1.
Batuan sedimen silisiklastika
, adalah batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun
utamanya adalah kuarsa dan felspar .
2.
Batuan sedimen klastika
gunungapi adalah batuan sedimen dengan material penyusun utamanya berasal dari
hasil kegiatan gunungapi (kaca, kristal dan atau litik ), dan
Batuan sedimen klastika karbonat , atau batugamping klastika adalah
batuan sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah material
karbonat (kalsit ).
v Sifat – sifat utama batuan sedimen :
1.
Adanya bidang perlapisan yaitu struktur
sedimen yang menandakan adanya proses sedimentasi.
2.
Sifat klastik yang menandakan bahwa butir –
butir pernah lepas, terutama pada golongan detritus.
3.
Sifat jejak adanya bekas – bekas tanda
kehidupan (fosil).
4.
Jika bersifat hablur, selalu
monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit, dolomite dan rijing.
Volume
batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui
di litofera dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana batuan beku
metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan –
batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan
beku sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali
sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13
kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk
yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda
dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar
lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu
selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan
yang dimiliki bervariasi dari yang lebih
tipis darim0,2 kilometer sampai lebih
dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata – rata sekitar 1 kilometer.
Total
volume dan massa dari batuan – batuan sedimen di bumi memiliki perkiraan yang
berbeda – beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui jumlah yang tepat.
Beberapa ahli dalam bidangnya telah mencoba untuk mengetahui ketebalan rata –
rata dari lapisan batuan sedimen di seluruh muka bumi. Clarke (1924) pertama
sekali memperkirakan ketebalan sedimen di paparan benua adalah 0,5 kilometer.
Di dalam cekungan yang dalam, ketebalan ini lebih tinggi, lapisan tersebut selalu
bertambah ketebalannya dari hasil alterasi dari batuan beku, oksidasi, karonasi
dan hidrasi. Ketebalan tersebut akan bertambah dari hasil rombakan di benua
sehinngga ketebalan akan mencapai 2.200 meter. Volume batuan sedimen hasil
perhitungan dari Clarke adalah 3,7 x 108 kilometer kubik.( Danang Endarto, 2005 )
4.3.
Tahap Pendiskripsian
4.3.1
Warna Batuan Sedimen
Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning
atau abu-abu terang . Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu
gelap sampai hitam, serta merah dan coklat . Dengan demikian warna batuan
sedimen sangat bervariasi, terutama sangat tergantung pada komposisi bahan
penyusunnya.
4.3.2 Kekompakan
Proses pemadatan dan
pengompakan , dari bahan lepas (endapan) hingga menjadi batuan sedimen disebut
diagenesa. Proses diagenesa itu dapat terjadi pada suhu dan tekanan atmosferik
sampai dengan suhu 300 o C dan tekanan 1 – 2 kilobar , berlangsung mulai
sedimen mengalami penguburan , hingga terangkat dan tersingkap kembali di
permukaan . Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa , yaitu :
1.
Diagenesa eogenik , yaitu
diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air
2.
Diagenesa mesogenik, yaitu
diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan semakin dalam .
3.
Diagenesa telogenik, yaitu
diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap kembali di permukaan oleh karena
pengangkatan dan erosi .
Dengan adanya berbagai macam diagenesa maka derajat kekompakan batuan
sedimen juga sangat bervariasi, yakni :
1.
Bahan lepas (loose materials,
masih berupa endapan atau sedimen )
2.
Padu (indurated), pada tingkat
ini konsolidasi material terjadi pada kondisi kering , tetapi akan terurai bila
dimasukkan ke dalam air.
3.
Agak kompak (padat ), pada
tingkat ini masih ada butiran /fragmen yang dapat dilepas dengan tangan atau
kuku .
4.
Kompak (keras ), butiran tidak
dapat dilepas dengan tangan /kuku .
5.
Sangat kompak (sangat keras ,
biasanya sudah mengalami rekristalisasi ).
4.3.3
Tekstur
Seperti
diuraikan di atas, maka batuan sedimen dapat bertekstur klastika atau non
klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah
terjadi rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu
bertekstur kristalin . Batuan sedimen kristalin umum terjadi pada batugamping
dan batuan sedimen kaya silika yang sangat kompak dan keras .
4.3.4
Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long ) (l), menengah
(intermediate ) (i) dan pendek (short ) (s ) maka terdapat empat bentuk butir
di dalam batuan sedimen , yaitu (Gambar 3 . 2 ):
1.
Oblate, bila l = i tetapi
tidak sama dengan s.
2.
Equant , bila l = i = s.
3.
Bladed, bila l tidak sama
dengan i tidak sama dengan s .
4.
Prolate , bila i = s , tetapi
tidak sama dengan l.
Apabila bentuk -bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati , maka
cukup disebutkan bentuknya tidak teratur . Pada kenyataannya , bentuk butir
yang dapat diamati secara megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule
(kerikil , f ³ 2 mm ). Bentuk butir itu dapat disebutkan seperti halnya
pemerian kebundaran di bawah ini.
Gambar 4.1 Empat
kelas bentuk butir berdasarkan perbandingan
Diameter panjang (l ), menengah (i) dan pendek (s )
menurut T. Zingg . Kelas A = oblate (tabular atau bentuk disk ); B = equant
(kubus atau bulat ); C = bladed dan D = prolate (bentuk rod ). Masing -masing
kelas bentuknya digambarkan seperti terlihat pada gambar 3.3 .
4.3.5
Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk. , (1987) membagi
kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan rendah
dan tinggi (Gambar 4.1
). Keenam katego
kebundaran
tersebut yaitu :
1.
Sangat meruncing (sangat
menyudut ) (very angular)
2.
Meruncing (menyudut ) (angular )
3.
Meruncing (menyudut ) tanggung
(subangular )
4.
Membundar (membulat) tanggung
(subrounded )
5.
Membundar (membulat (rounded), dan
6.
Sangat membundar (membulat) (well -rounded ).
Gambar 4.2
kategorii kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk. , 1987)
4.3.6
Tekstur Permukaan
1.
Kasar, bila pada permukaan butir
terlihat meruncing dan terasa tajam. Tekstur permukaan kasar biasanya dijumpai
pada butir dengan tingkat kebundaran sangat meruncing - meruncing .
2.
Sedang, jika permukaan
butirnya agak meruncing sampai agak rata. Tekstur ini terdapat pada butir
dengan tingkat kebundaran meruncing tanggung hingga membulat tanggung.
3.
Halus, bila pada permukaan
butir sudah halus dan rata . Hal ini mencerminkan proses abrasi permukaan butir
yang sudah lanjut pada saat mengalami transportasi. Dengan demikian butiran
sedimen yang mempunyai tekstur permukaan halus terjadi pada kebundaran membulat
sampai sangat membulat.
Gambar 4.2 sekalipun
hal itu dinyatakan sebagai katagori kebundaran, tingkatan
ini nampaknya lebih didasarkan pada tekstur permukaan daripada butir.
4.3.7
Ukuran Butir
Ukuran
butir batuan sedimen klastika umumnya mengikuti Skala Wentworth (1922, dalam Boggs, 1992 ) seperti tersebut pada
Tabel 4.1
Butir
lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara megaskopik . Ukuran
butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba dengan tangan masih terasa
ada butir seperti pasir tetapi sangat halus . Ukuran butir lempung akan terasa
sangat halus dan lembut di tangan , tidak terasa ada gesekan butiran seperti
pada lanau, dan bila diberi air akan terasa sangat licin .
Name of Particle
|
Size Range
|
f Scale
|
Loose Sediment
|
Consolidated Rock
|
Boulder
|
>256 mm
|
<-8
|
Gravel
|
Conglomerate or Breccia
|
Cobble
|
64 - 256 mm
|
-6 to -8
|
||
Pebble
|
4 - 64 mm
|
-2 to -6
|
||
Granule
|
2 - 4 mm
|
-1 to -2
|
||
Very Coarse Sand
|
1 - 2 mm
|
0 to -1
|
Sand
|
Sandstone
|
Coarse Sand
|
0.5 - 1 mm
|
1 to 0
|
||
Medium Sand
|
0.25 - 0.5 mm
|
2 to 1
|
||
Fine Sand
|
0.125 - 0.25 mm
|
3 to 2
|
||
Very Fine Sand
|
0.0625 - 0.125 mm
|
4 to 3
|
||
Coarse Silt
|
0.031 - 0.625 mm
|
5 to 4
|
Silt
|
Siltstone
|
Medium Silt
|
0.016 - 0.031 mm
|
6 to 5
|
||
Fine Silt
|
0.008 - 0.016 mm
|
7 to 6
|
||
Very Fine Silt
|
0.004 - 0.008 mm
|
8 to 7
|
||
Clay
|
<0.004 mm
|
>8
|
Clay
|
Claystone, Mudstone, Shale
|
Tabel 4.1 Skala
ukuran butir sedimen (disederhanakan ).
4.3.8
Kemas atau Fabrik
1.
Kemas tertutup , bila butiran
fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau bersinggungan atau
berhimpitan, satu sama lain ( grain/clast
supported ).Apabila
ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil ), maka disebut bimodal clast supported. Tetapi bila
ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka disebut polymodal clast supported .
2.
Kemas terbuka , bila butiran
fragmen tidak saling bersentuhan , karena di antaranya terdapat material yang
lebih halus yang disebut matrik (matrix
supported ).
Gambar 4 .3 Batuan sedimen berkemas butir: paking ,
kontak dan orientasi butir serta hubungan antara butir matrik.
Gambar 4.3
memperlihatkan kemas di dalam batuan sedimen, meliputi bentuk pengepakan (packing), hubungan antar butir/fragmen (contacts ), orientasi butir atau arah -
arah memanjang (penjajaran) butir, dan hubungan antara butir fragmen dan matriks.
4.3.9
Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan
sedimen , artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka
pemilahan semakin baik.
1.
Pemilahan baik, bila ukuran butir di dalam batuan
sedimen tersebut seragam.Hal ini biasanya
terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup.
2.
Pemilahan sedang , bila ukuran
butir di dalam batuan sedimen terdapat yang seragam maupun yang tidak seragam .
3.
Pemilahan buruk , bila ukuran
butir di dalam batuan sedimen sangat beragam , dari halus hingga kasar . Hal
ini biasanya terdapat pada batuan sedimen dengan kemas terbuka
Gambar 4.4 Pemilahan ukuran butir di dalam batuan sedimen .
4.3.10 Porositas (Kesarangan)
Porositas adalah tingkatan banyaknya lubang (porous ) rongga atau pori -pori
di dalam batuan. Batuan dikatakan mempunyai porositas tinggi apabila pada
batuan itu banyak dijumpai lubang (vesicles
) atau pori -pori . Sebaliknya , batuan dikatakan mempunyai porositas rendah
apabila kenampakannya kompak , padat atau tersemen dengan baik sehingga sedikit
sekali atau bahkan tidak mempunyai pori -pori .
Permeabilitas
(Kelulusan )
Permeabilitas
adalah tingkatan kemampuan batuan meluluskan air (zat cair ).
1.
Permeable (lulus air ) , jika
batuan tersebut dapat meluluskan air , yaitu :
a.
Bahan lepas , atau
terkompakkan lemah , biasanya berbutir pasir atau lebih kasar .
b.
Batuan dengan porositas
tinggi, lubang-lubangnya saling berhubungan .
c.
Batuan mempunyai pemilahan
baik, kemas tertutup, dan ukuran butir pasir atau lebih kasar .
d.
Batuan yang pecah-pecah atau
mempunyai banyak retakan / rekahan .
Impermeable
(tidak lulus air ), jika batuan itu tidak mampu meluluskan air, yaitu :
a.
Batuan berporositas tinggi,
tetapi lubang-lubangnya tidak saling berhubungan .
b.
Batuan mempunyai pemilahan
buruk , kemas terbuka , ukuran butir lanau lempung . Material lanau dan lempung
itu yang menutup pori -pori antar butir.
c.
Batuan bertekstur non klastika
atau kristalin, masif, kompak dan tidak ada rekahan . Secara praktis
megaskopis, suatu batuan mempunyai tingkat kelulusan tinggi apabila di
permukaannya diteteskan air maka air itu segera habis meresap ke dalam batuan.
Sebaliknya , batuan mempunyai kelulusan rendah atau bahkan tidak lulus air bila
di permukaannya diteteskan air maka air itu tidak segera meresap ke dalam
batuan atau tetap di permukaan batuan .
4.3.11 Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi dua macam :
a.
Kristalin
Terdiri dari
kristal yang interlocking, yaitu kristal-kristalnya saling mengunci satu sama
lain. Pemeriannya dapat menggunakan skala Wentworth dengan modifikasi sebagai
berikut :
Table 4.2 Pemerian ukuran butir
Nama butir
|
Besar butir (mm)
|
Berbutir kasar
|
>2
|
Berbutir sedang
|
2 - 1/16
|
Berbutir halus
|
1/16 – 1/256
|
Berbutir sangat halus
|
<1/256
|
b.
Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal
atau amorf (non kristalin).
4.3.12
Struktur Sedimen
1)
Struktur di dalam batuan (features within strata ) :
|
a.
Struktur perlapisan (planar atau stratifikasi ). Jika tebal
perlapisan < 1 cm disebut struktur laminasi.
|
Gambar
4.4 struktur perlapisan planar
b.
Struktur perlapisan
silang -siur (cross bedding / cross
lamination ).
|
Gambar 4.5 Struktur lapisan
c.
Struktur perlapisan pilihan (graded bedding)
Normal,
jika butiran besar di bawah dan ke atas semakin halus .
|
Terbalik
(inverse ), jika butiran halus di
bawah dan ke atas semakin kasar .
Gambar 4.6 stuktur Normal
2)
. Struktur permu( surface
features )
:
|
a.
Ripples (gelembur gelombang
atau current ripple marks)
Gambar 4.7
struktur Ripples
b.
Cetakan kaki binatang ( footprints
of various walking animals )
Gamabar
4.8 Struktur kaki binatang
c.
Cetakan jejak binatang melata
( tracks
and trails of crowling animals )
|
Gambar
4.9 Struktur jejak kaki binatang
d.
Rekahan lumpur (mud cracks , polygonal cracks )
|
Ganbar 4.10
struktur rekahan Lumpur
d.
Gumuk pasir (dunes , antidunes )
Gambar
4.11 struktur Gumuk pasir
3)
Struktur erosi (erosional sedimentary structures).
a. Alur / galur
(flute marks,groove marks, linear ridges
)
b.
Impact
marks (bekas tertimpa butiran fragmen batuan atau fosil).
c.
Saluran
dan cekungan gerusan (channels and scours
)
d.
Cekungan gerusan dan pengisian
(scours & fills )
Pettijohn (1975 )
membagi struktur sedimen menjadi 2 kelompok besar, yaitu struktur inorganik ( anorganik ) dan struktur organik
Struktur anorganik di bagi lagi
menjadi struktur primer ( mekanis )
dan struktur sekunder ( kimiawi
)
4.3.13
Kompaksi
Batuan sedimen klastika berbutir
kasar ( rudites,
f > 2 mm ) biasanya terdiri dari fragmen dan matriks. Fragmen adalah
klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran yang lebih kecil
atau matriks. Matriks mungkin berbutir
lempung sampai dengan pasir , atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder . Mineral utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika
( kuarsa
, opal dan kalsedon ), felspar serta mineral
lempung . Sebagai mineral tambahan adalah mineral berat (turmalin, zirkon ), mineral karbonat , klorit, dan mika . Untuk
batuan klastika gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca gunung api . Selain mineral, maka di
dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen batuan, serta fosil binatang dan
fosil tumbuh - tumbuhan .
Batuan karbonat
(klastikaa dan non klastika ) tersusun oleh mineral kalsit, cangkang fosil dan
kadang -kadang dolomit . Batuan evaporit
(non klastika hasil penguapan ), utamanya tersusun oleh mineral gipsum (CaSO 4 .2 H2 O ), anhidrit (CaSO 4 ) dan halit (NaCl).
Batuan sedimen “ironstone ” tersusun
oleh mineral oksida besi ( hematit , magnetit , limonit,
glaukonit dan pirit
). Batuan sedimen posfat tersusun oleh mineral apatit . Batubara tersusun oleh mineral carbon. Batuan sedimen
silika (chert atau opal )tersusun oleh kuarsa dan kalsedon .
Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya
bahan semen . Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah
material karbonat , oksida besi , dan silika . Semen karbonat
dicirikan oleh bereaksinya dengan cairan HCl . Semen oksida besi , selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna
coklat, Semen silika umumnya tidak
berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan yang terbentuk sangat keras .
Semen itu tidak selalu dapat diamatisecara megaskopik
A B
C
D E
F
G K
Gambar 4.12 Berbagai macam struktur sedimen . A. Current dan Graded; B. Daur Bouma
; C. Konvolut dan Dike Batupasir ; D. Konkresi dan Nodule ; E . Mudcracks ; F .
Striation dan Groove casts ; G dan K. Ripple bedding; H. Flute casts; I.
Liniasi dan Furrow ; J. Cone -in-cone dan Kristal pasir .
Gambar 4.13 Beberapa perbedaan jejak fosil yang menunjukkan fasies sedimentasi
4.3.14 Klasifikasi struktur sedimen
(Pettijohn, 1975)
INORGANIC
STRUCTURE, ORGANIC
STRUCTURE,MECHANICAL
(“PRIMARY ”) CHEMICAL (“SECONDARY”)
1.
Beddding : geometry
a. Laminations
b. Wavy
bedding
4.
Solution structures
a. Stylolites
b. Corrosion
zone
c. Vugs,
oolicasts etc .
5.
Petrifactions
6.
Bedding internal structures
a.
Cross-bedding
b.
Ripple -bedding
c.
Graded bedding
d.
Growth bedding
7.
Accretionary structures
a. Nodules
b. Concretions
c. Crystal
aggregates (sperulites & osettes)
d. Veinlets
e. Color
banding
8.
Bedding (weedia and other
stromatolites )
9.
Bedding-plane marking (on
surface)
a.
Scour or current marks (flutes
)
b.
Tool marks (grooves etc. )
10. Composite
structures
a.
Geodes
b.
Septaria
c.
Cone -in-cone
11. Miscellaneous
a.
Borings
b.
Tracks and trails
c.
Casts and molds
d.
Fecal pellets and coprolites
12. Bedding -plane marking (on surface)
a.
. Wave and swash marks
b.
. Pits and printsPits and
prints (rain etc. )
c.
. Parting lineation
13. Deformed bedding
a.
. Load and founder structures
b.
Synsedimentary folds and breccias
c.
Sandstone dikes and sills
4.3.15
Tahap Penamaan Batuan
Sedimen
Penaman batuan sedimen secara deskriptif ,
tergantung pada data pemerian (data deskriptif ) yang meliputi warna, tekstur,
struktur dan komposisi . Pembagian batuan sedimen silisiklastika umumnya
berdasar ukuran butir , ditambah dengan bentuk butir, struktur dan komposisi
(Tabel 3 . 9 ), yaitu :
1.
Rudit (f > 2 mm ), termasuk
breksi (fragmen meruncing), konglomerat (fragmen membulat). Apabila komposisi
fragmen batuan secara megaskopik dapat diamati, maka penamaaan tambahan dapat
diberikan berdasarkan komposisi utama fragmen batuan tersebut. Misalnya breksi
andesit, breksi batuapung, konglomerat kuarsa .
2.
Arenit , adalah batuan sedimen
berbutir pasir (batupasir). Penamaan batupasir ini dapat ditambahkan berdasar
kenampakan struktur sedimen (contoh batupasir berlapis, batupasir silangsiur ),
atau komposisi ppenyusun utamanya, misal batupasir kuarsa .
3.
Lutit, terdiri dari
batulempung, batulanau , dan serpih. Batulempung berbutir lempung, batulanau
tersusun oleh mineral/ fragmen batuan berbutir lanau. Serpih adalah batulempung
atau batulanau berstruktur laminasi.
4.3.16 Penamaan batuan sedimen klastika secara megaskopis (W.T
Huang, 1965 ).
Ciri
-ciri khas :
1. Rudit
(2 – 256 mm )
Komposisi sejenis atau campuran, terutama dengan rijang , kuarsa ,
granit , kuarsit , batugamping dll .
Konglomerat Fragmen umumnya bulat atau agak membulat
2. Breksi
Fragmen
umumnya runcing , dan menyudut Fanglomerat
Kipas aluvial yang mengalami pembatuan
Pecahan batuan bercapur dengan semen.
3. Tillit
Umumnya tidak terpisah Fragmen batuan
terdapat bekas goresan.
4. Arenit
(1 /16 – 2 mm )
Terutama kuarsa 25 %, felspar kalium atau
plagioklas 10 -25 %.
Pecahan batuan : basal, riolit , batusabak
dll .
Mineral mika,serserisit,klorit,bijih
besi.
Arenit atau batu pasir kuarsa Pemilahan baik
dan bersih
Arkose Pemilahan jelek,warna abu-abu
kemerahan
Batupasir felspatik
Graywacke subgraywacke
Lebih dewasa dari arkose antara graywacke
dan arenit
5. Lutit
(1 /16 – 1 /256 mm)
Umumnya mineral lempung, kuarsa , opal ,
kalsedon , klorit dan bijih besi
6. Batu lanau
Antara batupasir dan serpih Serpih
7. Batu lempung
Mudah membelah , tidak plastis, bila dipanasi menjadi plastis Untuk
batuan karbonat bertekstur klastika :
1.
Kalsirudit , adalah breksi
atau konglomerat dengan fragmen batugamping
2.
Kalkarenit , adalah batupasir
yang tersusun oleh mineral karbonat .
3.
Kalsilutit , adalah
batugamping klastis berbutir halus (lanau – lempung ).
Untuk batugamping bertekstur non
klastika , cukup diberi nama batugamping non klastika. Apabila di dalam
batugamping banyak mengandung fosil maka dapat disebut batu gamping berfosil. Sedangkan
batuan karbonat yang sudah tersusun oleh kristal
kalsit atau dolomit disebut batu gamping kristalin . Napal adalah terminologi untuk batuan sedimen
berbutir lanau dan lempung, tersusun oleh bahan silisiklastika dan karbonat.
Untuk batuan klastika gunungapi , tata namanya mengikuti batuan
piroklastika yang telah dijelaskan pada acara analisis batuan beku , yaitu
terdiri dari tuf (halus dan kasar ), batulapili
, breksi gunung api
dan konglomerat
(Gambar 4.12 ).
Dalam beberapa hal, secara megaskopik, warna yang sangat khas dapat ditambahkan
untuk penamaan batuan , contoh tuf hijau , batupasir merah, batulempung hitam
dsb.
4.3.17
Penamaan batuan sedimen
non klastika secara megaskopis (Huang, 1965 ).
Ciri -ciri khas
Rapat , afanitik, berbutir kasar ,
kristalin, porus , oolit dan mosaik
Terutama kalsit Batu gamping
Breaksi dengan
HCl , mengandung organik , bioklastika,
Terutama dolomit
1. Dolomit
Tidak segera bereaksi dengan HCl , jarang mengandung fosil, berbutir
sedang
2. Berbutir halus
Kristal halus dengan mikroorganisme Kapur Putih – abu-abu terang,
sangat rapuh , mengandung fosil Karbonat dan dan lempung Napal Abu -abu terang,
rapuh , pecahan konkoidal Rapat dan berlapis Campuran silika , opal dan kalsedon dll. Rijang Warna beragam, keras , kilap non logam , konkoidal Terutama gips Anhidrit Terutama malit
Gips Evaporit ,tidak sendiri melainkan berasosiasi dengan mineral /batuan
lain . Dijumpai kristal yang mengelompok Masif
atau berlapis Mineral fosfat dan
fragmen tulang Fosforit Diperlukan
penentuan kadar P 2 O 3 Amorf , berlapis, tebal Humus , tumbuhan Batu bara,
lignit Warna coklat, pecahan prismatik
3. Genesis
Berdasar data pemerian batuan sedimen tersebut di atas, maka secara
genesa dapat diinterpretasikan mengenai :
1.
Asal-usul atau sumber batuan
sedimen (provenance )
2.
Energi penganangkut (angin , air, es ,
longsoran, letusan gunungapi atau kombinasi di antaranya), jaraknya dengan sumber
dan proses transportasinya
3.
Lingkungan pengendapan, di
darat kering , darat berair tawar (danau , sungai ), di pantai atau di laut
(dangkal atau dalam).
4.
Diagenesa dan lain -lain .
|
Gambar 4.14 Berbagai macam bentuk tepra (piroklastik ) dan lingkungan pengendapan nya.
4.4 Kesimpulan
Batuan sedimen klastik adalah
batuan sedimen yang proses pembentukannya pada umumnya dari hasil rombakan
batuan asal secara fisika dan umumnya disusun oleh material-material allogenik.
Tekstur adalah suatu
kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta susunannya.
Yang meliputi ukuran butir (grain size),
bentuk atau tingkat kebundaran (Roundness),
Pemilahan atau Sortasi, kemas, porositas dan kekompakkan.
Berdasarkan proses pembentukan
batuan sedimen klastik, maka komposisi-komposisi batuannya dipisahkan atas : Fragmen, Matrik, dan semen.
Pemisahan tersebut semata-mata hanya berdasarkan perbandingan ukuran butir
penyusun satu batuan. Penamaan batuan sedimen klastik berdasarkan atas ukuran
butir dan komposisi mineral penyusunnya.
Proses
diagenesa antara lain :
A. Kompaksi Sedimen
Yaitu
termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat
beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang
satu dengan yang lain menjadi rapat.
B.
Sementasi
Yaitu
turunnya material – material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi
mengikat butir – butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila
derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.
C. Rekristalisasi
Yaitu
pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari
pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat
umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
D.
Autiqenesis
Yaitu
terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral
tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang
umum diketahui sebagai berikut : karbonat,
silica, klorita, gypsum dll.
E.
Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral
autigenik, tanpa pengurangan volume asal
v
Klasifikasi
ΓΌ
Klasifikasi Grabau (1904)
Menurut
Grabau, batugamping dapat dibagi menjadi lima berdasarkan ukuran dan
teksturnya, yaitu :
-Kalsidurit,
yaitu batugamping yang berukuran butirnya > 2 mm atau lebih besar dari
ukuran pasir.
-Kalkarenit,
yaitu batugamping dengan ukuran butir sama dengan ukuran pasir (1/16 – 2 mm).
-Kalsilutit,
yaitu batugamping yang ukurannya (ukuran butir) lebih kecil dari ukuran pasir.
-Kalsipuluerit,
yaitu batugamping hasilpresipitasi kimiawi, sifatnya kristalin.
-Batugamping
organic, yaitu hasil pertumbuhan organisme secara insitu, misalnya terumbu dan stromabolity.
v
Klasifikasi Folk (1959)
Folk mengklasifikasikan
batuan karbonat berdasarkan tekstur, pengendapan dan perbandingan fraksi
komponen penyusunnya, yaitu butiran/allochem, mikrit, dan sparit (ortochem). Berdasarkan perbandingan relief antara allochem, mikrit, dan sparit serta jenis allochem yang dominant,
maka Folk membagi batu gamping
menjadi 4 Famili Batugamping tipe I analog dengan batupasir/konglomerat yang
tersortasi baik dan terbentuk pada high
energy zone, batu gamping tipe II analog dengan batupasir lempungan atau
konglomerat lempungan dan terbentuk pada low energy zone dan batu gamping tipe
III analog dengan batu lempung dan terbentuk pada kondisi yang tenag (lagoon)
-
Intaclast; suatu endapan yang berupa gel Lumpur
karbonat , belum memadat, semi plastis, lalu ada erosi yang membentuk tubuh (discret body)
-
Pellet; suatu butiran yang strukturnya microcritalinne (warnanya
gelap), kalau mengandung kotoran binatang maka disebut (facialpellet). Sedangkan jika mempunyai ukuran yang agak besar disebut
lump.
-
Oolit; suatu butiran yang intinya dilapisi oleh unsur
karbonat, intinya berfosil dan apabila disayat maka mempunyai bentuk konsentris.
-
Fossil; termasuk kedalamallochemical, karena mengalami
transportasi ditempat tersebut, misalnya Globigerina
yang hidup secara plankton.
Penggambaran
skematik komponen penyusun batuan karbonat yang menjadi dasar klasifikasi batuan
karbonat menurut Folk (1959).
v
Klasifikasi Dunham (1962)
Dunham
membuat klasifikasi batuan karbonat berdasarkan tekstur pengendapan, meliputi
ukuran butir dan pemilahan/sortasi. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam
klasifikasiin antara lain:
-
Derajat perubahan tekstur pengendapan
-
Komponen asli terikat dan tidak terikat
selama proses deposisi
-
Tingkat kelimpahan antara butiran
(grain) dengan Lumpur karbonat.
Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas,
maka Dunham membuat klasifisikasi :
-
Boundstone : hubungan antar komponen tertutup yang
berhubungan dengan rapat (oolite).
-
Grainstone : hubungan antara komponen-komponen
tanpa Lumpur.
-
Packstone : ada lumpur, tetapi yang banyak adalah
komponen betolit.
-
Mudstone : Lumpur wackestone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar