TUGAS TEKNIK BATUBARA
1. ANALISA ULTIMATE BATUBARA
Batubara adalah bahan bakar organik yang komposisinya
sangat kompleks dan semakin menjadi kompleks dengan adanya mineral (anorganik)
yang terdapat di dalamnya. Karena begitu kompleksnya, struktur molekul batubara
tidak pernah dianalisis untuk keperluan perdagangan. Analisis tersebut tidak
perlu dilakukan karena saat batubara dibakar proses terbentuknya panas dan
reaksi kimia yang berlangsung ternyata sangat cepat dan drastis sehingga para
ahli yang mempelajari proses tersebut tidak berminat untuk mengamati struktur
molekul batubara secara tepat.
Pada umumnya sistem dan analisis batubara
dikembangkan dan digunakan secara luas untuk kepentingan perdagangan. Beberapa
di antaranya bersifat mendasar dan hanya dilakukan untuk mengetahui hal-hal
pokok unsur pembentuk batubara, misalnya untuk mengetahui kadar sulfur, karbon
dan hidrogen yang ada di dalam batubara. Analisis lain yang bersifat lebih
subyektif dan empirik, dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada
saat batubara dipanaskan dengan kondisi yang berbeda-beda.
Mineral yang terdapat di dalam batubara tidak akan
terbakar melainkan akan teroksidasi menjadi abu. Analisis komposisi abu sampai
ke unsur-unsur pembentukoya biasanya dilakukan untuk mengetahui karakteristik
abu pada saat pembakaran. Komposisi abu ini tidak diperlukan dalam operasi
pencucian batubara. Komposisi abu batubara harus sudah diteliti dengan seksama
pada saat dilakukan perhitungan cadangan batubara, yaitu pada tahap kegiatan
eksplorasi. Analisis untuk mengetahui jenis mineral yang terdapat di dalam
batubara sebagai sumber pembentuk abu juga bisa dilakukan tetapi hal ini juga
harus sudah dilakukan pada saat kegiatan tahap eksplorasi. Yang perlu dipahami
adalah pada saat batubara dibakar akan terjadi oksidasi mineral yang ada di
dalam batubara menjadi oksida dan akhirnya membentuk abu.
Analisis kimia batubara merupakan proses pemilahan
unsur atau material menjadi bagian-bagian pembentuknya, dan proses penghitungan
kadar dari masing-muiing unsur yang terkandung di dalam contoh batubara.
Kegiatan analisis dilakukan di dalam laboratorium. Seperti sudah dijelaskan
sebelumnya, mengingat struktur batubara yang sangat kompleks maka hasil
analisis yang diperoleh harus diberi toleransi dengan mempertimbangkan
kompleksnya struktur suatu batubara.
Analisis Proksimat
Analisis umum yang dilakukan pada batubara, baik oleh
perusahan pertambangan arau oleh pembeli disebut sebagai analisis proksimat
(proximate analysis). Analisis pioksimat ini cukup sederhana tetapi memerlukan
peralatan khusus dan standar. Analisis proksimat terdiri dari empat nilai
analisis yang jika dijumlahkan akan bernilai 100% yaitu:
-
Kadar lengas (moisture)
-
Kadar abu (ash)
-
Zat terbang
(volatile matter)
-
Karbon tertambat (fixed carbon)
Keempat nilai ini tidak dapat memberikan gambaran
data mengenai struktur batubara, tetapi sangat bermanfaat untuk mengetahui
tingkat pemanfaatan batubara di dalam industri pengguna batubara. Analisis
sederhana seperti ini digunakan untuk mengetahui penguruh penururun batubara
pada kondisi yang berbeda-beda, yaitu pada suhu tinggi dan suhu rendah, serta
dengan atau tanpa udara.
Lengas yang terdapat di dalam batubara, dapat
menempel di permukaan partikel
batubara atau berada di dalam partikel batubara. Karena
itu dikenal kadar lengas bebas (free moisrure), kadar lengas inherent (inherent
moisture), dan kadar lengas total (total moisture). Kehilangan berat yang
terjadi setelah sampel batubara yang diterima, digerus sampai berukuran 3 mm.
dan langsung dipanaskan di dalam tungku pada suhu antara 1050C
sampai 1100C dinyatakan sebagai kadar lengas total. Lengas bebas biasanya akan terlepas ke udara
apabila batubara dibiarkan di dalam suatu ruang pada suhu kamar, sampai terjadi
keietimbangan dengan kondisi udara di sekitarnya. Kehilangan berat selama
sampel ditempatkan di dalam ruang pada suhu kamar disebut lengas bebas.
Lengas bebas terdapat di dalam batubara secara
mekanik, pada permukaan dan di dalam craks serta pada lubang-lubang kapiler
yang cukup besar, dan lengas bebas mempunyai tekanan uap normal. Kadar lengas
bebas pada prinsipnya tergantung pada kondisi basah atau kering selama batubara
terekspos saat penambangan, benefisiasi, transportasi, handling dan storage
serta pada distribusi ukuran batubara, di mana batubara yang halus lebih banyak
mengadsorpsi lengas dibandingkan batubara yang kasar.
Kadar lengas inherent (IM) diperoleh dari kehilangan
berat yang terjadi setelah sampel batubara tanpa lengas bebas dipanaskan di
dalam tungku pada suhu antata 1050C sampai 1100C. Seiara
fisik lengas inherent terdapat dalam struktur pori internal batubara dan
mempunyai tekanan uap lebih rendah dari tekanan uap normal. Lengas inherent
relatif tidak sensitif pada kondisi atmosfir. Kadar IM dapat dianggap sebagai
karakteristik dasar dari batubara, pada umumnya kadar lengas inherent semakin
tinggi dengan semakin rendahnya peringkat batubara di mana antrasit mengandung
sekitar 1- 2% IM, batubara low volatile bituminous mengandung 1-4% IM, batubara
high volatile bituminous mengandung 5- 10% IM, dan lignit mengandung IM di atas
45%.
Kadar abu suatu batubara secara sederhana
didefinisikan sebagai residu anorganik yang terjadi setelah batubara dibakar
(complete incineration) dan pengukuran kadar abu ini merupakan bagian dari analisis
proksimat. Kadar abu dihitung dengan cara membakar sampel batubara di dalam
tungku pada suhu 8150C dan dengan mengalirkan udara secara lambat ke
dalam tungku. Abu batubara terbentuk dari sisa pembakaran mineral-mineral yang
terdapat di dalam batubara. Makin banyak mineral yang terdapat di dalam
batubara maka kadar abunya juga akan makin tinggi. Salah satu tujuan operasi
pencucian batubara adalah untuk menghasilkan batubara dengan kadar abu yang
rendah, artinya kadar mineral di dalam batubara diturunkan. Kadar abu ini
seringkali dikaburkan dengan istilah mineral matter. Kedua istilah ini
mempunyai perbedaan yang sangat kecil, umumnya kurang dari I0% berat. Tidak ada
metode sederhana yang secara langsung bisa menentukan kadar mineral matter.
Melalui analisis abu dan pengetahuan mengenai kompleksitas mineral-miner4l yang
terdapat di dalam batubara, maka dimungkinkan untuk memperkirakan kadar mineral
matter dari kadar abu.
Zat terbang adalah bagian dari batubara yang menguap
pada saat batubara dipanaskan tanpa udara (di dalam tungku tertutup) pada suhu
9000C. Zat terbang merupakan bagian dari batubaru yang mudah menguap
misalnya CH4 atau hasil dari penguraian senyawa kimia dan campuran
kompleks yang membentuk batubara. Untuk menganalisis kadar zat terbang, sampel
ditempatkan di dalam krusibel silika kemudian dimasukkan ke dalam tungku selama
7 menit. Setelah pemanasan akan tertinggal residu padat yang sebagian
besar terdiri dari karbon dan mineral-mineral yang
telah berubah bentuk (tidak selalu abu).
Analisis proksimat harus dilakukan dengan mengacu
pada standar internasional, acuan yang banyak dipakai adalah:
- ISO 589 Hard coal - penentuan kadar lengas total
- ISO 1171 Solid mineral fuels - penetuan kadar abu
- ISO 562 Hardcoal and coke - penentuan kadar zat terbang
Nilai keempat yang dihitung dalam
analisis proksimat adalah karbon tertambat, yang diperoleh dari 100% dikurangi
jumlah nilai kadar lengas, kadar abu dan zat terbang. Tabel 6.1 di bawah ini
memperlihatkan data beberapa analisis proksimat
Data pada Tabel 6.1 ini dinyatakan dalam
basis adb (air dried base).
Analisis
Ultimat
Jenis analisis batubara berikutnya yang bermanfaat
terutama untuk menentukan kelas batubara adalah analisis ultimat. Analisis ini
adalah cara yang paling sederhana untuk menunjukkan unsur pembentuk batubara
dan dengan mengabaikan senyawa-senyawa kompleks yang ada dengan hanya
menentukan unsur-unsur kimia pembentuk tyu yang penting. analisis batubara dan
kokas biasanya didasarkan pada basis air dried basis (adb). Akan tetapi kadangkala
hasil analisis diinginkan dengan basis yang lain. Basis (dasar) pelaporan yang
umumnya dipakai adalah sebagai berikut:
- As Received (ar)
- Air Dried (ad)
- Dry (d)
- Dry, Ash free (daf)
- Dry, Mineral Matter Free (dmmf)
Pada basis as received, berarti semua hasil analisis
dihitung mundur dengan memasukkan kadar kadar lengas total dari sampel. Hal ini
mungkin dilakukan jika batubara dalam keadaan sangat basah. Pada basis adb
sampel batubara yang dianalisis ditempatkan di udara terbuka, kadar lengasnya
secara perlahan akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara. Jika kadar
lengas dari sampel ini kemudian ditentukan maka diperoleh kadar lengas pada
basis adb. Pada basis dry, artinya dalam keadaan kering maka kadar lengasnya
adalah nol, analisis lainnya dapat dihitung dengan mudah misalnya menghitung
kadar zat terbang dan kadar abu. Pada basis daf, analisis dilakukan dengan
mengabaikan kadar abu dan kadar lengas yang ada dalam sampel, artinya kadar abu
dan kadar lengasnya adalah nol. Karena kadar lengas dan kadar abu sudah
diketahui, perhitungan ini menjadi sederhana. Analisis dengan basis daf
berkaitan dengan adanya material organik yang murni. Pada basis dmmf, analisis
ini diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai komposisi organik mumi. Kadar
abu dapat dihitung dengan mudah tetapi penghitungan mineral matter memerlukan
metode yang lebih sulit dan memakan waktu. Tabel 3.4 berikut ini menunjukkan
gambaran data analisis proksimat suatu batubara dengan basis yang berbeda-beda.
Perbedaan nilai, misalnya, untuk kadar zat terbang menggambarkan pentingnya
kehati-hatian untuk menghindari kebingungan mengenai basis yang digunakan pada
saat mernbuat laporan data suatu hasil analisis.
Tabel3.4. Basis HasilAnalisis (% berat)
Pada Tabel 3.5 ditunjukkan keseluruhan parameter yang
diperlukan untuk menganalisis kualitas batubara, disertai dengan keterangan
mengenai pentingnya analisis data kualitas batubara dikaitkan dengan
pemanfaatannya. Pada Tabel 3.6 disajikan faktorfaktor pengali yang dibutuhkan
untuk mengkonversi hasil analisis pada suatu basis (dasar pelaporan) tertentu
ke basis yang lain. Biasanya, rumusan tersebut tidak berlaku untuk parameter
kualitas seperti karakteristik abu, sifat fisik seperti grindability
index,abrasion index, dan sifat-sifat coking dan caking batubara.
Tabel 3.5. Parameter
Kualitas Batubara
TUGAS TEKNIK BATUBARA
ANALISA ULTIMATE BATUBARA
TUGAS
Di buat
untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Teknik
Batubara Pada
jurusan teknik pertambangan di Institut Teknologi Medan
Oleh :
SYARDILLA
PABWI
(10306011
)
JURUSAN
TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar